Motivasi Di Balik Kampanye.
Pada tahun ini kita di bombardir dengan berbagai kampanye, baik kampanye eksekutif ataupun kampanye legislative.
Kampanye sebenarnya bertujuan menyosialisasikan visi misi setiap partai, yang ujung-ujungnya utnuk membujuk semua orang agar memilih partai mereka.
Tapi saat ini antipati masyarakat terhadap kampanye begitu tinggi, mengapa hal ini dapat terjadi?
Apakah para capres dan juru bicaranya tidak cukup memiliki karisma untuk menarik hati rakyat?
Salah satu penyebabnya karena rakyat sudah cukup lama merasa kecewa dan tertipu dengan yang namanya kampanye. Karena itu muncul kalimat, “Kalau menjelang pemilu, semua sok baik dan obral janji. Nanti kalau sudah terpilih, lupa semua janjinya.” Kekecewaan ini yang akhirnya membuat orang tidak lagi percaya dengan kampanye.
Jika dianalisis dari ilmu psikologis (hal ini tentunya oleh para ahlinya), boleh dikatakan rakyat mengalami disonansi kognitif (cognitive dissonance). Antara apa yang mereka saksikan sehari-hari dengan apa yang mereka dengar dalam kampanye sangat bertentangan.
Belajar Makna Kampanye.
Kampanye sesungguhnya bukanlah sebuah momentum. Bukan pula pengumpulan massa. Kampanye yang sebenarnya justru terjadi ketika kita melakukan tanggung jawab kita dan memberi kontribusi yang berarti untuk kehidupan orang lain.
Ketika seorang pemimpin mengambil tanggung jawabnya untuk mengayomi, mengarahkan, melindungi dan memberdayakan orang lain, saat itulah sebenarnya ia sedang berkampanye tentang dirinya. Kampanye sama sekali tidak berbicara mengenai karisma, melainkan mengenai kepercayaan (trust).
Dari mana datangnya trust? Dari tanggung jawab yang diselesaikan. Saat kita berani mengambil tanggung jawab dan menyelesaikannya, anda sudah melakukan kampanye paling efektif.
Untuk itu timbul pertanyaan singkat, wahai para pemimpin, sudahkah tindakan Anda menunjukkan kampanye Anda setiap hari???
Kampanye sebenarnya bertujuan menyosialisasikan visi misi setiap partai, yang ujung-ujungnya utnuk membujuk semua orang agar memilih partai mereka.
Tapi saat ini antipati masyarakat terhadap kampanye begitu tinggi, mengapa hal ini dapat terjadi?
Apakah para capres dan juru bicaranya tidak cukup memiliki karisma untuk menarik hati rakyat?
Salah satu penyebabnya karena rakyat sudah cukup lama merasa kecewa dan tertipu dengan yang namanya kampanye. Karena itu muncul kalimat, “Kalau menjelang pemilu, semua sok baik dan obral janji. Nanti kalau sudah terpilih, lupa semua janjinya.” Kekecewaan ini yang akhirnya membuat orang tidak lagi percaya dengan kampanye.
Jika dianalisis dari ilmu psikologis (hal ini tentunya oleh para ahlinya), boleh dikatakan rakyat mengalami disonansi kognitif (cognitive dissonance). Antara apa yang mereka saksikan sehari-hari dengan apa yang mereka dengar dalam kampanye sangat bertentangan.
Belajar Makna Kampanye.
Kampanye sesungguhnya bukanlah sebuah momentum. Bukan pula pengumpulan massa. Kampanye yang sebenarnya justru terjadi ketika kita melakukan tanggung jawab kita dan memberi kontribusi yang berarti untuk kehidupan orang lain.
Ketika seorang pemimpin mengambil tanggung jawabnya untuk mengayomi, mengarahkan, melindungi dan memberdayakan orang lain, saat itulah sebenarnya ia sedang berkampanye tentang dirinya. Kampanye sama sekali tidak berbicara mengenai karisma, melainkan mengenai kepercayaan (trust).
Dari mana datangnya trust? Dari tanggung jawab yang diselesaikan. Saat kita berani mengambil tanggung jawab dan menyelesaikannya, anda sudah melakukan kampanye paling efektif.
Untuk itu timbul pertanyaan singkat, wahai para pemimpin, sudahkah tindakan Anda menunjukkan kampanye Anda setiap hari???
wuihh ... inilah artikel yg bikin motivasi anak muda.. dan soal kampanye kita berperan jadi yg positif aja ... iya ka ??
BalasHapusDear,
BalasHapusPlease exchange link with me at
Dani Setyanto
Or
Amazing Reviews For You
walking for healthy blog :)
BalasHapus